Age of Worried

by - Juli 22, 2021


Kayaknya baru  kemarin menikmati tayangan tv minggu pagi mulai dari Detektif Conan, Dragon Ball, Chibi Maroko-chan, dan Sailor Moon dan tiba-tiba sekarang berusia seperempat abad. Time flies so fast yak heuheu.



Dulu ketika masih berseragam merah putih seolah olah problematika hidup hanya sebatas PR, persaingan peringkat, dan juga dibumbui dengan cinta monyet. Namun semakin dewasa masalah pun juga semakin kompleks. Dimulai dengan kelulusan bangku SMA, kita sudah harus memikirkan kemana tujuan selanjutnya, ke jenjang perkuliahan atau bekerja dahulu. Bagi mereka yang memilih melanjutkan kuliah, jauh-jauh hari harus sudah mempersiapkan dengan matang kampus mana yang akan dituju mengingat sulitnya ujian seleksi yang akan dihadapi karna banyaknya pesaing dari segala penjuru apalagi yang ingin masuk ke universitas negeri. Jika tidak lolos, bagi yang kantongnya tebal bisa langsung memilih ke kampus swasta bergengsi dan yang berkantong tipis hanya bisa sekolah di kampus swasta kecil. Sebenarnya ini bukan suatu jaminan kesuksesan seseorang, ntah sekolah di unggulan atau reguler kalau tidak ada jiwa semangat belajarnya suatu saat akan sia-sia, semua tergantung bagaimana kita berproses di dalamnya. Nah kebanyakan dari siswa yang tidak lolos ujian seleksi auto down karena mereka sudah terlanjur melambungkan harapan yang tinggi selama bertahun-tahun dan segala rencana yang sudah disusun baik dengan teman, sahabat dan doi mungkin untuk bisa melanjutkan ke kampus idamannya yang kemudian pupus begitu saja, kemudian yang paling berat adalah banyaknya pertanyaan dari pihak keluarga, teman dan tetangga yang membuat muak. Seolah-olah masa depan akan hancur kalau kita tidak lolos ujian, padahal jalan kesuksesan bukan cuma itu saja dan bagi yang lolos ujian seperti dapat golden tiket, sangat mulus sekali hidupnya seperti jalan tol.

Ketika sudah masuk dunia perkuliahan masalah baru datang, yaitu tugas kuliah yang lumayan susah dan banyak. Makanya tidak heran banyak mahasiswa yang memilih stop out atau bahkan ada yang sampai drop out seakan lupa impian awal yang sudah mereka bangun. Ada banyak alasan sebenarnya kenapa mereka memutuskan berhenti kuliah, ada yang stress karena banyaknya tugas, pengaruh pergaulan karena  hidup bebas jauh dari orang tua seperti burung yang lepas dari sangkarnya, biaya kuliah yang tidak murah di dalam kondisi ekonomi yang susah dan belum lagi ada yang kebetulan di tengah perjalanan sudah menemukan jodohnya dimana kita tahu bagaimana riweuhnya mengurus keluarga apalagi perempuan yang harus bisa membagi konsentrasinya untuk suami, anak dan kuliah, sepertinya itu sangat sulit sekali. Hat off untuk para ibu rumah tangga yang bisa menghandle segala urusan rumah sambil tetap kuliah atau bekerja meskipun sudah memiliki buah hati, kalian luar biasa.


Kuliah sudah beberapa tahun tapi belum segera wisuda, hal ini juga akan menimbulkan beberapa pertanyaan. Mereka tidak tahu menyusun skripsi bukan sekedar copy paste tulisan di google belum lagi ketika mendapat dosen pembimbing yang super duper jeli dan perfeksionis. Sudah berhasil wisuda tepat waktu, dibuat pusing dengan pekerjaan yang tidak kunjung datang padahal sudah banyak surat lamaran yang dilayangkan kesana kemari dan bagi yang langsung dapat kerja selamat semesta berpihak pada anda. Bersabarlah untuk kalian para pejuang amplop cokelat, jangan mudah putus asa. Sesekali bersikaplah masa bodoh dengan omongan orang lain yang membuat kalian tertekan, stress dan bahkan down. Fokus dengan keberhasilan kalian, sibukkan diri dengan sesuatu yang positif, bisa kalian isi dengan belajar sesuatu yang baru, berkebun, menulis, baca buku, atau kreatifitas yang lain sesuai dengan passion kalian yang mungkin bisa mendatangkan cuan.

Tidak semua yang kuliah di kampus ternama bisa cepat mendapatkan kerja, tapi memang di beberapa kesempatan setidaknya kampus yang bagus bisa menambah nilai plus. Tapi sebetulnya yang paling utama adalah skill dimana setiap orang memiliki jiwa  kreatif yang dapat menghadirkan inovasi-inovasi yang baru, yang muncul pada saat berada di kondisi kurang beruntung dan memaksa mereka untuk bisa ubet mencari cara agar tidak menjadi korban seleksi alam. Banyak kok dari mereka yang berjalan dari titik nol bahkan minus bisa sukses dan namanya meroket. Jadi guys, kata “bekerja”  bukan hanya bagi mereka yang memakai seragam, bersepatu dan duduknya di dalam ruangan berAC saja. Kamu pun yang 24/7 tidak pernah keluar rumah hingga dikira pelihara babi ngepet oleh tetangga karena hampir setiap hari ada kang paket yang mengetuk pintu rumahmu dan isi saldomu sudah cukup untuk beli rumah, mobil dan umroh yang semuanya adalah hasil produktivitasmu, itu namanya juga bekerja. Tetap bersyukur dan jangan lelah untuk terus mengupgrade diri.

Lalu bagaimana nasib yang sudah dapat kursi kerja, apakah hidupnya adem ayem ? mungkin untuk sebagian orang tidak. Apalagi yang kebetulan kerja di kantoran, jam kerja mulai hari senin sampai jum’at. Harus rela bangun pagi-pagi agar tida terjebak macet karena harus sampai kantor on time dan pulangnya pun sore. Mereka banyak yang sambat dikejar deadline, libur yang tidak sebanding dengan lembur, atmosfer yang tidak asyik, gaji yang hanya cukup untuk beli kopi, ada yang gaji banyak tapi merana karena jauh dari orang-orang tersayang. Satu kata untuk kalian “sabar”. Ingat, banyak di luar sana yang nasibnya tidak seberuntung kalian, masih enak capek karena bekerja daripada capek karna mencari pekerjaan. Jadi tetep semangat yes !

Sementara itu, sudah berhasil lulus SMA, kuliah lancar, dapat kerja gampang tapi belum menikah. Wah sepertinya bakal jadi bahan yang sangat menarik untuk digoreng. Banyak pertanyaan dan pernyataan yang muncul, kenapa tidak segera menikah, eh sudah pacaran lama kok tidak segera sih, kamu pilih-pilih ya, jangan nutup diri lah, kriteriamu ketinggian pasti, mending sama si A, B atau C saja sudah ganteng, PNS, sudah bisa bangun rumah sendiri, punya mobil dan bla bla bla. Pak, buk, bro, sis, manusia mana sih yang tidak ingin menikah. Setiap orang di dasar hatinya pasti punya keinginan untuk menikah, tapi timingnya belum pas saja. Mungkin bagi mereka yang sudah pacaran lama masih sibuk mengumpulkan modal agar ketika mengadakan acara tidak menyusahkan siapa-siapa. Kemudian bagi yang belum punya pasangan, ya belum dipertemukan saja dengan seseorang yang mereka anggap sefrekuensi dan memiliki kemistri.



Lantas, apakah drama kehidupan berakhir setelah menikah ? tentu tidak sobat. Mereka yang sudah menikah dan kebetulan belum dikarunia momongan tidak luput dari kejulidan. Ayo dong kita sama-sama belajar merubah kalimat basa basi yang bisa menyinggung hati dengan sebuah doa, karena kita tidak pernah tahu permasalahan apa tiap individu hadapi, kita tidak tahu berapa dokter yang sudah mereka datangi, berbagai macam tips dan trik sudah mereka lakoni, dan beberapa amalan sudah ditunaikan. Namun jika sang Maha pemilik kehendak belum mengabulkan, kita sebagai teman, saudara dan tetangga seharusnya ikut mendoakan bukan malah memberikan beberapa kalimat yang membuat sedih. Setiap orang punya tujuan hidup yang berbeda dan jalan ceritanya pun tidak sama, semua sesuai kehendak Tuhan, jangan terlalu berisik dengan privasi orang lain dan jangan suka berekspektasi terlalu tinggi terhadap orang lain karena standar kehidupan seseorang itu tidak bisa disamaratakan.

Sangat menyebalkan sekali ya dunia orang dewasa. Hidup itu ibarat kita sedang naik motor yang tiap kali berhasil melewati mobil yang ada di depan ternyata dihadapkan lagi dengan truk besar. Jalannya pun tidak selalu mulus dan lurus banyak belokan dan lampu merah yang memaksa kita berhenti. Sejauh apapun kita menghindari sebuah masalah yang namanya hidup ya tetap akan bertemu dengan sebuah persoalan. Bahkan setelah mati pun juga bertemu dengan masalah, bagaimana nanti kita akan mempertanggungjawabkan semua yang kita perbuat di dunia ini.


Kebanyakan dari kita hidup dalam bayang-bayang ekspektasi orang lain dan itu justru akan membuat hidup kita tidak tenang. Kita selalu memikirkan penilaian orang orang lain yang sebenarnya itu tidak perlu. Hidup di dunia ini asalkan bisa makan, ibadah, tidak menyusahkan orang lain itu sudah cukup. Syukur-syukur jika bisa bermanfaat bagi sesama. Kunci dalam menjalani hidup kalau kata Mbah Nun, kita harus pintar ngegas dan ngerem agar tidak stress. Jangan terlalu spaneng dengan  kata-kata yang dapat menjatuhkan mental kita. Lakukan apa saja yang membuatmu senang asal tidak melaggar syariat dan merugikan orang lain. Just do your best !



Huh ternyata setiap usia yang kita lalui selalu ada yang namanya kekhawatiran dan keresahan dan hingga pada akhirnya waktulah yang mendewasakan kita.

 

 




You May Also Like

0 comments

Bagaimana pendapatmu ?