PERJALANAN MERAIH TOGA YANG TAK MUDAH

by - Juli 09, 2022

  

Pic from Pexels


Beberapa hari yang lalu, saya secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang di sebuah masjid sepulang kerja dan saat itu hendak melanjutkan pergi ke Gramedia untuk beli buku. Dia seorang perempuan cantik yang dengan ramahnya mengajak untuk sholat maghrib berjamaah dan kami lanjutkan ngobrol panjang lebar setelah sholat. Karena postur tubuhnya lebih  tinggi, saya mengira dia sebaya dengan saya atau bahkan lebih tua, namun ternyata dia baru lulus SMA tahun lalu. Banyak sekali yang kita obrolkan salah satunya adalah kegalauan mengenai pendidikannya. Pada saat itu,  dia bercerita bahwa sedang menunggu pengumuman masuk di salah satu perguruan tinggi negeri. Tahun lalu dia sempat kuliah di perguruan tinggi negeri yang lumayan jauh hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dan ditahun ini dia kembali mencoba peruntungan mendaftar di universitas negeri yang tidak terlalu jauh dari rumah. Dia sempat down, merasa tertinggal dari teman-temannya yang sudah berhasil mengenyam pendidikan di kampus ternama sedangkan dirinya masih sibuk menata masa depan. Untuk memalingkan kesedihannya,  dia memilih menyibukkan diri dengan bekerja di sebuah toko. Semoga jika ditakdirkan bertemu kembali, ada berita yang lebih baik untuk diceritakan.

Mendengar cerita hidupnya saat ini membangkitkan ingatan saya beberapa tahun lalu yang saat itu juga pernah berada di posisinya. Beberapa kali mencoba cara untuk masuk ke universitas negeri tapi gagal sampai akhirnya drop, saya sakit selama 2 minggu. Rasanya benar-benar hancur, terpuruk, merasa tidak berguna, kehilangan harapan, bingung mau dibawa kemana masa depan saya nantinya. Kemudian saya sadar bahwa hidup terus berjalan, dengan pemikiran yang matang saya memberikan opsi kepada diri sendiri apakah break dulu selama 1 tahun sambil bekerja atau tetap melanjutkan kuliah namun di universitas swasta yang tidak jauh dari rumah. Kemudian ada salah satu saudara yang memberi masukan agar tetap melanjutkan kuliah saja karena dia melihat dari beberapa pengalaman orang-orang yang memilih break dan sudah mengenal dunia kerja, semangat untuk melanjutkan kuliah tidak sebesar ketika baru lulus SMA. Namun tidak semua bisa dipukul rata, ada juga teman saya yang kebetulan pelaku gap year juga menemui suksesnya.

Dengan segera, saya mencari informasi tentang pendaftaran dan menyiapkan segala persyaratan untuk masuk perguruan tinggi swasta yang masih berada dalam satu kota yang sama dengan tempat tinggal saya. Diawal perkuliahan sempat merasa  insecure, susah sekali menerima keadaan, enggan bertemu dengan teman, tetangga dan saudara karena takut jika ditanya mengenai kuliah dimana. Saya kira pasti adik-adik yang tahun ini belum lolos juga merasakan hal yang sama. Namun seiring berjalannya waktu perasaan-perasaan itupun akhirnya sirna, saya mulai bisa menerima kenyataan yang ada. Masa lalu sudah di belakang, jadi tidak sepatutnya kita terus berada disana. Masa depan kita masih panjang, kita masih bisa membangun harapan-harapan yang baru lagi. 

Di awal pasti ada penolakan, namun ketika sudah dijalani ternyata hal-hal yang dulu ditakutkan tidak seburuk itu. Untuk menenangkan hati, saya selalu mengingatkan diri sendiri bahwa menutnut ilmu itu bisa dilakukan dimana saja. Jadi ntah itu kampus ternama atau bukan semua tergantung dari kesungguhan hati kita. Kemudian ketika perkuliahan sudah setengah jalan, kampus mendapatkan masalah, banyak mahasiswa yang memilih pindah. Hal ini juga membuat saya dilema, namun saya memilih untuk tetap bertahan. Singkat cerita menjelang semester akhir yang mana harus mulai memikirkan skripsi, saya menemui kendala lagi berkaitan dengan media yang akan saya gunakan untuk penelitian. Sebenarnya jika saya mau memilih tema penelitian yang sama seperti teman-teman, mungkin tidak terlalu susah. Namun jiwa petualang saya meronta, saya ingin belajar lebih, saya ingin mencari pegalaman yang sebanyak-banyaknya. Saya memilih jenis penelitian yang harus dilakukan di laboratorim yang mana  alat dan bahan yang saya butuhkan ada yang tidak tersedia di kampus tempat saya kuliah. Hal itu tidak mematahkan semangat saya untuk terus berjuang,  dengan gigih saya mencari informasi ke beberapa kampus terdekat namun terkendala dengan biaya sewa yang begitu mahal menurut saya. Tidak berhenti disitu, saya mencoba menghubungi teman saya yang kuliah di salah satu kampus negeri yang kebetulan juga mengambil jurusan yang sama. Dengan beberapa pertimbangan saya memutuskan melakukan penelitian disana dengan menyewa laboratorium selama kurang lebih 1 bulan. 

Sebelumnya saya tidak pernah menyangka perjalanan saya bisa sejauh itu, yang sejak awal saya pernah bermimpi bisa menimba ilmu di universitas negeri yang cukup ternama namun gagal lalu oleh Tuhan diberi kesempatan bisa merasakan itu meskipun hanya sebentar. Menurut saya itu adalah sebuah berkah yang sangat luar biasa, skenarioNya tidak pernah salah. Meskipun menemui banyak cobaan, akhirnya saya mampu merampungkannya dan mendapat gelar sarjana dengan tepat waktu.

Mencari ilmu merupakan sebuah keharusan, manusia dianjurkan terus belajar sejak ia lahir sampai ke liang lahat. Mencari ilmu juga sama dengan melakukan jihad yaitu berjuang melawan kebodohan. Dengan berbekal ilmu pengetauan yang dimiliki, manusia dapat meningkatkan kualitas dirinya serta yang paling penting dapat memudahkan mereka dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat nantinya. Belajar bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja, bukan hanya di bangku sekolah. Semua hal yang kita lihat bisa menjadi bahan belajar dan semua orang yang baik tingkah lakunya bisa kita jadikan guru. Jadi, meskipun dalam perjalanan mencari ilmu, teman-teman menemui banyak sekali rintangan, teruslah berjalan meskipun harus  tertatih.


Toga yang sebenarnya adalah kemauan diri kita untuk terus berjuang menuntut ilmu. - Nizwa Khair




You May Also Like

0 comments

Bagaimana pendapatmu ?