Engkau yang sabar menahan rasa kantukmu menunggu kepulanganku setiap harinya
Engkau yang tak pernah rela
melihatku menangis ketika ada yang memarahiku
Engkau yang selalu ikhlas
memberi, baik materi dan juga moril
Engkau yang telah lama menantikan
hari bahagaiaku yang sampai kini belum juga datang
Engkau yang selalu khawatir,
peduli hingga menangis ketika aku sakit
Engkau yang selalu setia
mendengar celotehku yang kuyakin engkau sendiri sebenarnya tak memahami itu
Engkau yang selalu bertingkah
konyol yang kadang membuatku kesal tapi kini aku merindukan itu
Utang rasaku padamu yang pada
bulan November 2020 lalu, engkau memutuskan untuk pergi menemui kekasihmu
Namun beruntung masih diizinkan bisa menemanimu di
detik-detik terakhir menutup usia
Masih sempat membacakan surah
yasin disampingmu
Masih bisa memanggil namamu dan
engkau berkenan menyahut lirih
Sudah lama suaramu tak terdengar
lagi di rumah, namun hingga kini air mata masih sering menetes ketika tiba-tiba
rindu menyapa.
Teringat akan kehadiranmu dulu
yang mungkin kami selaku anak cucumu belum mampu membahagiakanmu
Maafkan kami yang terlalu sibuk
dan abai untuk sekedar mendengar keluh kesahmu
Kami terlalu riuh hingga tak
membuatmu teduh
Kami terlalu angkuh hingga sulit
menjadi utuh
Sugeng tindak embah, mungkin
disana akan engkau temui kedamaian yang sebenarnya.
Kini hanya iringan doa disetiap
selesai sholat yang bisa kami untai sebagai bentuk jalinan kasih
Mungkin kami kehilangan ragamu
tapi tidak untuk rasa
Namamu abadi di dalam hati