CERPEN : Gadis Bimbang

by - Desember 18, 2021



Oleh : Nizwa Khair

Di persimpangan jalan, gadis itu terus berjalan tanpa arah tujuan. Langkahnya gontai penuh keraguan, benar-benar butuh pegangan. Sungguh kasihan si gadis bimbang.

Ia terlahir seperempat abad yang lalu di sebuah keluarga kecil dengan kebahagiaan yang berlimpah. Ditakdirkan menjadi anak perempuan pertama yang tak sedikit menganggap itu susah. Perempuan sulung harus memiliki fisik dan mental yang kuat untuk menghadapi pergolakan dunia yang semakin hari semakin riuh.

Dan di kebun samping rumahnya, ia lebih sering menghabiskan waktu bercengkrama dengan tanaman, meluapkan resah dan gelisah. Karena kadang berbicara dengan manusia adalah sia-sia, bukan menemukan sebuah solusi namun justru mendapat sebuah konflik batin yang berkecamuk. Rumit memang, disimpan menjadi beban, diceritakan menambah kebimbangan. Ya itulah manusia, tak bisa lepas dari problematika.

Namun, hebatnya meski berkali-kali ia terbentur, terurai dan bahkan kehilangan dirinya. Ia mampu kembali menemukan dan membentuk pribadi yang baru yang lebih kuat dan dewasa. Ntah kalian sadari atau tidak, setiap kali ingin menyerah terkadang secara tiba-tiba kita mendapatkan jalan lagi. Ya, sepertinya Tuhan ingin tahu seberapa gigih usahamu, keikhlasan dan kesabaranmu.

Ah tapi sebentar, sepertinya setelah berbicara dengan teman-teman hijaunya ternyata juga sia-sia, dia masih terlihat bimbang. Terlihat jelas dari raut wajahnya yang murung tanpa senyum. Memang di sana ia mendapatkan ketenangan tapi itu hanya sesaat, setelah meninggalkan kebunnya, kepalanya masih berisik diiputi tanda tanya. Sebenarnya dia bukan hanya sekedar membutuhkan sebuah ketenangan, namun juga sebuah solusi yang ia harapkan mampu merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi dan bisa menikmati senja yang indah.

Langit biru di bulan terakhir tahun Masehi sepertinya memberikan udara segar yang telah lama ia impikan, meskipun kedatangannya juga diiringi oleh hujan, setidaknya sesak di dadanya mulai terobati. Oke tidak masalah, memang begitulah kehendak Tuhan. Jika hanya ada musim kemarau, kita akan kesulitan menyemai dan melihat tanaman tumbuh subur di kebun. Jika hanya ada musim hujan, kita akan kesulitan melihat cahaya indah matahari. Semua sudah ditakdirkan beriringan seperti sepasang sandal.

Desember, bulan penuh harapan, kedatangannya banyak dinantikan, banyak yang tidak sabar menyambut suasana baru yang sebenarnya itu semu. Ibarat sebuah buku, Desember adalah lembar terakhir yang kisahnya ingin segera dirampungkan dan tahun baru adalah sebuah buku baru yang tentunya di dalamnya berisi lembaran-lembaran yang membawa kisah baru.

Tak banyak harapan yang dilambungkan si gadis bimbang, hanya butuh jawaban antara melepaskan atau menggenggam sebuah angan.

You May Also Like

0 comments

Bagaimana pendapatmu ?