MADHEP, KAREP, MANTEB
Semakin hari, zaman terus berkembang karena memang kehidupan ini bersifat evolutif dimana segala sesuatu yang ada di bumi ini akan terus mengalami perubahan. Dan pada hakikatnya kita manusia berperan sebagai subjek juga sekaligus objek yang mau tidak mau akan selalu dihadapkan dengan segala realitas yang menyertainya. Maka diperlukan ilmu agar tidak tersesat di dalam perkembangan zaman tersebut.
Sementara itu ntah sejak kapan saya mulai jatuh cinta dengan ilmu filsafat khususnya filsafat jawa, saya mulai khusyuk mempelajari segala istilah yang secara kebetulan saya temui yang kemudian sedikit demi sedikit belajar menerapkanya. Dengan berpedoman ilmu tentang filsafat yang masih dangkal ini setidaknya sedikit banyak dapat merubah hidup saya. Banyak konsep-konsep yang menurut saya masih sangat relevan dengan kehidupan saat ini atau bahkan bisa dijadikan pegangan untuk menjawab tantangan di masa depan. Falsafah-falsafah inilah yang kemudian mengantarkan saya menuju hidup yang bertujuan serta lebih bisa memaknai hidup sebagaimana mestinya.
Hidup
bukan hanya sekedar bernapas, makan, minum dan bercumbu di ranjang. Saya sadar
bahwa setiap manusia harus memiliki visi dan misi atau tujuan hidup yang jelas dalam
menjalani kehidupannya sehingga kita hidup bukan sekedar hidup namun memiliki
kebermaknaan, sebab sebaik-baiknya manusia adalah dia yang dapat bermakna bagi orang
lain namun jika belum dapat di tahap
tersebut setidaknya dapat bermakna untuk dirinya sendiri. Sehingga tidak
seperti layangan putus yang terombang-ambing oleh angin, tidak pula seperti
daun yang hanyut dalam arus sungai yang ntah akan membawanya kemana. Dengan
adanya tujuan hidup, manusia dapat mengekspresikan identitas dirinya sehingga
manusia akan terus eksis dan tidak lebur tergerus waktu.
Madhep,
karep, manteb, tiga kata kunci
itu saya jadikan rumus dalam menjalani kehidupan yang serba absurd ini. Ketika
dihadapkan dengan keruwetan hidup saya bisa bersikap sareh atau tenang. Tenang
disini bukan berarti santai dan pasrah membiarkan semua mengalir begitu saja
namun jika dibenturkan dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang kita
kehendaki dapat menyadari bahwa semua itu memang hal yang lumrah. Sebab hidup
selalu memiliki siklus, sebentar senang sebentar sedih, semua hanyalah
sementara. Satu-satunya kepastian adalah kematian, inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Madhep artinya menghadap, jika kita ingin pergi ke suatu
tempat maka kita harus tahu terlebih dahulu alamat yang akan dituju sehingga
dapat menentukan jalan mana yang akan kita lewati. Begitupun di kehidupan ini, kita harus tahu kemana arah tujuannya. Fokus
berjalan ke depan namun tidak melupakan hal-hal di masa lalu. Belajar dari
kesalahan yang dulu sehingga setiap akan melangkah lebih mawas diri,
Karep, bisa diartikan sebagai niat. Sudah tahu jalannya
namun tidak ada niat untuk melangkah, kapan akan sampai ke tujuan? Hidup akan
stuck atau mandeg di tempat. Kebanyakan orang enggan untuk melanjutkan
perjalanan karena terlalu takut dengan segala kemungkinan yang mereka ciptakan
sendiri di kepalanya. Padahal mencoba saja belum, namun sudah terkalahkan oleh
bayangannya sendiri.
Manteb yaitu memantabkan atau meyakinkan diri. Seseorang yang
sudah memiliki niat yang bulat maka ia tidak akan segan untuk melanjutkan
perjalanannya. Kepercayaan diri harus terus dibangun untuk mendorong keinginan
yang sudah dibentuk tadi. Ketika kita sudah yakin dengan segala keputusan yang
telah dibuat maka peluang untuk mencapai keberhasilan pun sangat banyak
sehingga segala bentuk konsekuensi bukanlah sebuah penghalang. Tabik !.
0 comments
Bagaimana pendapatmu ?