TERJEBAK ALIENASI

by - Maret 11, 2022



Pasti setiap orang pernah merasakan kegelisahan terhadap diri sendiri. Setiap waktu diliputi perasaan resah, bimbang, diombang ambing perasaan cemas tak berkesudahan, kehilangan arah, merasa kebingungan sebenarnya apa maunya hati. Kemudian perasaan-perasaan itu tadi terakumulasi membawa seseorang pada level menarik diri pada dunia luar, enggan berinteraksi dengan orang lain. Keterasingan diri inilah yang dinamakan alienasi.

Alienasi berbeda dengan me time. Me time adalah kondisi dimana seseorang sedang membutuhkan sebuah jeda dan hanya ingin fokus pada dirinya sendiri. Sedangkan alienasi kondisi seseorang menarik diri dari lingkungan karena beberapa sebab salah satunya yaitu kehampaan.

Keterasingan diri ini tidak bisa dianggap remeh, karena merupakan salah satu indikasi seseorang sedang mengalami depresi yang dapat berimbas pada kesehatan tubuh. Loh kok bisa yang terganggu jiwanya, namun yang sakit fisiknya  ??

Ketika seseorang sulit mengenali diri sendiri, merasa asing dengan dirinya secara perlahan mempengaruhi sikap dan perilaku. Amigdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas respon tubuh yang terkait dengan emosi yang sedang kita alami. Ketika seseorang mengalami depresi akan cenderung kehilangan semangat, pola makan tak teratur, pola tidur terganggu. Jika terus begitu, kesehatan fisik pun lama-lama akan terkena dampaknya. Gangguan sistem pencernaan, salah satu dampak yang pernah saya alami sendiri, ya semoga hanya sekali seumur hidup. Waktu itu pikiran sedang dalam kondisi tidak stabil, tanpa sadar saya membatasi interaksi dengan anggota keluarga, memang tidak ada penolakan untuk makanan yang masuk tapi agak tak berselera, namun perut rasanya benar-benar sakit. Otak juga sangat sulit diajak berpikir, jantung terus berdebar kalau dibiarkan terus ya mungkin bisa terkena serangan jantung. Saya yakin bahwa orang yang mengalami hal demikian sebenarnya juga tidak menginginkannya.  Jadi menurut saya benar bahwa terdapat korelasi antara kesehatan tubuh dan mental. Hal ini sejalan dengan pepatah kuno “Mens sana in corpose sano”, di dalam tubuh yang sehat ada jiwa yang kuat. Kesehatan tubuh dan kesehatan pikiran adalah satu kesatuan yang keduanya selalu berjalan beriringan.

Jika kita sampai pada titik keterasingan diri ini, maka sepertinya kita perlu memprogram ulang pikiran kita. Pikiran akan terus berkembang, tapi kita juga harus bisa megarahkan pikiran kita untuk berkembang ke arah yang positif. Karena seseorang yang terintregasi oleh pikiran yang positif lebih mampu menyikapi berbagai permasalahan yang ada dengan tepat, objektif dan bijak. Nah sekaranng pertanyaannya bagaimana caranya untuk memiliki kemampuan tersebut ??? ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu berinteraksi dengan orang lain dan dengan diri sendiri.

Jangan terus menerus menutup diri. Interaksi dengan orang lain, ini penting dilakukan agar pikiran lebih terbuka. Banyak dari kita ketika ada masalah kemudian membentengi diri tak mau komunikasi dengan orang lain, kita sibuk meratapi nasib meratapi masalah yang ada. Cobalah  keluar rumah dan komunikasi dengan orang lain maka kita akan mendengar banyak sekali cerita-cerita dari sudut pandang yang berbeda sehingga kita bisa menyadari bahwa bukan hanya kita saja yang memiliki masalah, setiap orang pun sama namun tergantung bagaimana mereka menyikapanya.

Selain berinteraksi dengan orang lain, kita juga perlu berinteraksi dengan diri sendiri. Kadang kita terlalu sibuk memahami orang lain dan abai pada diri sendiri. Kita belum tuntas mengenali diri tapi sudah mati-matian memahami orang lain. Bahkan mereka lupa bahwa orang yang perlu diperlakukan paling baik adalah diri sendiri.

Interaksi dengan diri sendiri bisa dilakukan dengan bermuhasabah atau meditasi. Oh ya meditasi ini berbeda dengan berdoa. Jika berdoa kita hanya fokus meminta kepada Tuhan, sedangkan meditasi kita melatih fokus kita dan mencoba mendengar suara hati, meraba diri apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Sehingga kita pun bisa legowo menerima kondisi kita saat ini dan hati pun akan jauh lebih tenang.

Sebenarnya banyak cara yang dapat membuat hati kita merasa tenang karena hal ini memanf bersifat relatif, setiap orang memiliki standar kebahagiaan versi mereka sendiri. Namun kalau saya ditanya apa yang membuat saya bahagia ? saya akan menjawab bahwa level tertinggi bahagia adalah mendapatkan ketenangan batin dan kesehatan jasmani.

Tabik

You May Also Like

0 comments

Bagaimana pendapatmu ?